Departemen Sastra Asia Barat Unhas, Fakultas Ilmu Budaya, mengadakan pertemuan di ruang dosen (9/1/21) untuk membahas kurikulum baru dalam merespon gagasan dan kebijakan baru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, Nadiem Makarim, B.A., M.B.A yang diberi nama “Merdeka Belajar, Kampus Merdeka”.
Departemen Sastra Asia Barat Unhas memaknai kebijakan baru tersebut sebagai sebuah bentuk otonomi pendidikan dalam arti luas”. Kebijakan baru itu menekankan pendidikan tinggi di Indonesia supaya dapat lebih dinamis, kreatif dan inovatif untuk melakukan manuver dan mengatur strategi dalam merespon dan menghadapi isu-isu budaya , sosial, politik , sains dan tekhnologi baik yang bersifat nasional maupun internasional, lebih khusus lagi untuk menjawab kebutuhan dan tantangan dunia kerja,’ jelas Dr.Yusring Sanusi.
Lebih lanjut Yusring menyampaikan bahwa perubahan kurikulum Sastra Asia Barat dalam menyesuaikan dengan kebijakan baru Kemendikbud pada dasarnya tetap mengacu pada kurikulum yang ada di mana departemen ini tetap menjadikan pembelajaran tekhnologi sebagai ikon dan unggulan departemen yang berlatakang keilmuan bahasa dan kebudayaan Arab.
Sementara itu Ketua Departemen Sastra Asia Barat, Unhas , Haeruddin, SS.M.A, mengatakan bahwa departemen Sastra Asia Barat Unhas berkomitmen untuk mempertahankan ciri khas tersebut dengan pertimbangan; Pertama, Departemen kita bisa memberikan warna lain dari sekian banyak departemen yang sejenis yang ada pada universitas maupun institute di seluruh Indonesia yang mana keilmuannya berbasis pada ilmu-ilmu bahasa dan kebudayaan Arab termasuk keislaman menjadikan teknologi sebagai keunggulan. Kedua, keunikan tersebut bertujuan memberikan keunggulan lebih pada alumni kita yaitu memiliki skil teknologi yang mana skil tersebut sangat mendominasi dan dibutuhkan hari ini tidak saja di lapangan pekerjaan tapi semua sendi-sendi kehidupan umat manusia hari ini berbasis teknologi canggih.
Oleh karena itu mahasiswa Sastra Asia Barat Unhas sangat ditekankan untuk familiar dengan teknologi,” tandas Haeruddin yang memimpin rapat yang dihadiri oleh semua dosen termasuk Prof.Dr.Najmuddin,H.Abd.Safa,M.A yang kini menjabat sebagai Rais Syuriah PBNU-Sulawesi Selatan. (Supa).